Petani Terancam
Gagal Panen
BLORA, (19-09-15)
– Di Bulan September ini areal pertanian di wilayah Kecamatn Jiken yang alami
kekeringan hampir mencapai 100 Ha. Dimungkinkan luasan areal pertanian yang
mengalami kekeringan di wilayah itu akan bertambah, ”untuk saat ini ada sekitar
99 Ha lahan yang mengalamai kekeringan,” tandas Kepala UPTD Pertanian Jiken,
Wahyanto.
– Di Bulan September ini areal pertanian di wilayah Kecamatn Jiken yang alami
kekeringan hampir mencapai 100 Ha. Dimungkinkan luasan areal pertanian yang
mengalami kekeringan di wilayah itu akan bertambah, ”untuk saat ini ada sekitar
99 Ha lahan yang mengalamai kekeringan,” tandas Kepala UPTD Pertanian Jiken,
Wahyanto.
Dia
mengemukakan, rincian lahan kekeringan itu masing-masing di Desa Jiken seluar
12 Ha, di Desa Genjahan 5 Ha di Desa Jiworejo seluas 5 Ha. Sementara itu di
Desa Singo Negoro seluar 12 Ha.
Disusul di Desa Bangoan lahan yang mengalami kekeringan seluas 13 Ha, di Desa
Bleboh 13 H, Desa Janjang 6 Ha, di Desa Nglebur 12 Ha, Desa Cabak 5 Ha dan di
Desa Nglobo seluas 8 Ha. Menurut Wahyanto, di 100 Ha lahan di wilayah Jiken itu
saat ini kondisinya bero, karena memang merupakan sawah tadah hujan.
mengemukakan, rincian lahan kekeringan itu masing-masing di Desa Jiken seluar
12 Ha, di Desa Genjahan 5 Ha di Desa Jiworejo seluas 5 Ha. Sementara itu di
Desa Singo Negoro seluar 12 Ha.
Disusul di Desa Bangoan lahan yang mengalami kekeringan seluas 13 Ha, di Desa
Bleboh 13 H, Desa Janjang 6 Ha, di Desa Nglebur 12 Ha, Desa Cabak 5 Ha dan di
Desa Nglobo seluas 8 Ha. Menurut Wahyanto, di 100 Ha lahan di wilayah Jiken itu
saat ini kondisinya bero, karena memang merupakan sawah tadah hujan.
Sementara itu,
di wilayah Kecamatan Ngawen, yakni di Desa Karang Tengah, sejumlah petani cabe
belakangan ini kelimpungan menyusul disaat tanaman cabai mereka berbuah, kesulitan
untuk mencari air.
”Kami tidak bisa berbuat banyak, karena di saat tanaman cabai saat berbuah,
kami kesulitan untuk mencari air. Air sungai kering, dan untuk sumber air
lainnya sementara hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga,”ujar Paijan,
salah satu warga Desa Karang Tengah.
di wilayah Kecamatan Ngawen, yakni di Desa Karang Tengah, sejumlah petani cabe
belakangan ini kelimpungan menyusul disaat tanaman cabai mereka berbuah, kesulitan
untuk mencari air.
”Kami tidak bisa berbuat banyak, karena di saat tanaman cabai saat berbuah,
kami kesulitan untuk mencari air. Air sungai kering, dan untuk sumber air
lainnya sementara hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga,”ujar Paijan,
salah satu warga Desa Karang Tengah.
Kades Karang
Tengah, Yasir, menjelaskan, bahwa di desanya memang potensi cabai luar biasa.
Hanya saja saat ini para petani kelimpungan karena tidak ada air untuk ngocori.
”Sebagian warga ada yang berupaya dengan membuat cumur pathek, hanya saja
dengan upaya itu ongkos produksi pasti akan membengkak,” jelas Yasir.
Tengah, Yasir, menjelaskan, bahwa di desanya memang potensi cabai luar biasa.
Hanya saja saat ini para petani kelimpungan karena tidak ada air untuk ngocori.
”Sebagian warga ada yang berupaya dengan membuat cumur pathek, hanya saja
dengan upaya itu ongkos produksi pasti akan membengkak,” jelas Yasir.
Terlepas Batuud Koramil
12/Ngawen Serma Sumarno didampingi Bati Bhakti TNI Pelda Suharyanto turun ke
sawah nyirami tanaman cabai di lahan milik paijan Ds. Karangtengah, dilakukan
guna membantu kesulitan Rakyat dalam
pengolahan pertanian.di musim kemarau karena kurangnya air. (Pendim
0721/Blora)
12/Ngawen Serma Sumarno didampingi Bati Bhakti TNI Pelda Suharyanto turun ke
sawah nyirami tanaman cabai di lahan milik paijan Ds. Karangtengah, dilakukan
guna membantu kesulitan Rakyat dalam
pengolahan pertanian.di musim kemarau karena kurangnya air. (Pendim
0721/Blora)